Minggu, 27 Oktober 2013

:: HUJAN TAK DATANG, ADA APA BIMAKU? ::



“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS Ar- Rum: 41)

*** 

Sudah beberapa hari Kota Bima tidak diguyur hujan. Padahal dari info yang diperoleh di berbagai belahan bumi Indonesia, beberapa waktu belakangan ini hujan telah mengguyur wilayahnya masing- masing. Iklim saat ini memang tidak menentu. Kemarau dan hujan datang tidak sesuai jadwalnya lagi.

Memang mungkin ini pengaruh iklim global yang tidak menentu. Maaf, saya tidak ingin mengulas itu secara gamblang. Tapi ada yang terlintas dalam pikiran saat memang mengingat, “Kok di Bima nggak hujan- hujan ya?”. Matahari di Kota Bima saat ini memang sedang berani- beraninya, panas dan tak kunjung teduh. Pernah sesekali mendung dan ada rintis hujan. Tapi rintisan itu hanya berlangsung kurang lebih selama 5 menit. Bayangkan 5 menit sahabat. Waktu yang cukup singkat untuk kita bisa merasakan sejuknya hujan. Kejadian itu terjadi saat Idul Adha kemarin. Dan sampai saat ini mungkin itu adalah “hujan” terakhir yang saya rasakan sejak saat itu. Hampir 1 pekan hujan hanya mampir 5 menit. Padahal membaca berita, kondisi di daerah lain, hujan sudah sedemikian kejar- kejaran untuk unjuk kebolehannya. Memberi kesejukan dalam setiap aktivitas manusia. Seperti waktu itu, saat pertandingan bola antara Indonesia melawan Korea Selatan, yang Indonesia menang 3-2 itu lho…. (Sorry, masih bereforia ne).

Tapi memang kalau dilihat, Jakarta saat itu tepatnya di stadion Gelora Bung Karno yang dipadati sekitar 50.000 supporter menyaksikan perjuangan para Garuda Muda Indonesia, hujan deras hadir tak tanggung- tanggung. Di pulau tetangga juga, Kota Mataram, hujan sudah beberapa kali mengguyur sejuk. Tapi di Kota Bima, panas tak terperi, membuat tak nyaman untuk semua yang terlibat dalam aktivitasnya masing- masing. Sehari- hari keluhan yang terdengar dari mulut ke mulut adalah “De panae…mbana ja…” (Red: Aduh, panas sekali). Membuat beberapa orang, malas kemana- mana, ngapa- ngapain, apalagi keluar rumah siang- siang. Beeeh…NGGAK BANGET sahabat!!! NGGAK BANGET. Astaghfirullah…

Pantas saja banyak teman- teman kita dari luar Bima yang sering menyentil orang Bima dengan pertanyaan ini, “Di Bima mataharinya ada berapa?”. Huff… Pantas saja Bima dan sekitarnya dijuluki “Negeri Matahari Lebih dari Satu”….

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran “ (TQS Al A’raaf: 57)

Ya sahabat, hujan itu rahmat. Betapa hujan membawa kesejukan, bau tanah itu segar setelah keringnya, bunga yang layu mulai tumbuh. Gunung yang semula berwarna coklat berubah menjadi warna hijau yang menyejukkan pandangan mata. Hewan, tumbuhan, dan manusia dapat minum untuk melanjutkan hidupnya. Bahkan hujan adalah momen bagi mereka yang sedang gencar berdo’a memohon suatu kebaikan untuk hidupnya, seperti yang kita tau bahwa waktu hujan adalah saat-saat terkabulnya do’a. Ya, itulah hujan, hujan itu rahmat, bukti kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya di dunia ini.

“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal” (TQS Al Jaasiyah : 5)

Ada apa dengan Bimaku? Ada apa dengan negeri ini? Mengapa hujan yang berupa rahmat itu tak kunjung datang? Ada apa ini?. Pertanyaan- pertanyaan itu akhirnya harus mengingatkan kita pada beberapa kejadian silam, Kasus Pembunuhan seorang guru honor oleh kekasihnya, Perkelahian antar desa (Godo vs Samili), Kalampa vs Cenggu, Lewirato vs Penaraga, Tarian tak senonoh di Hotel Kalaki beach, Amahami, Ule dan Lawata yang ramai dengan kendaraan di pojok- pojok gelap  tanpa pengendaranya saat malam hari, dll. Apa karena Allah dilupakan seperti ini sehingga Dia marah?. Apa karena kemaksiatan ini sehingga hujan tak kunjung terlihat?. Ada sesuatu sahabat, ada sesuatu yang menyebabkan semua seperti ini. Dan lihatlah apa yang kita rasa, kita alami, di Bima kekurangan air bersih, panas menyala membuat aktivitas produktif tak nyaman, gunung- gunung terlihat coklat, debu bertebaran menyebabkan munculnya banyak penyakit baru, hewan kekurangan air, sungai tak mengalir airnya dan lain- lain. Ada yang harus kita renungi sahabat. Ya, karena kemaksiatan maka kita rasakan ini. Bukan karena kejadian alam. Alam tak berhak mengatur hidup manusia. Alam itu bergerak karena kehendak-Nya, alam hanya menjalankan tugas sesuai perintah-Nya. Hak untuk menggerakkan alam ada pada Dia, Rabb semesta alam, lalu apakah yang telah kita lakukan pada Rabb kita?. Sepertinya ini semua TEGURAN, kita ingin diingatkan sahabat, diingatkan atas apa yang kita lakukan selama ini. Apakah maksud Allah itu adalah seperti yang seperti Dia firman dalam ayat-Nya di bawah ini?

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,  dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (TQS Ibrahim: 7)


Nau’dzubillahimindzalik.. Semoga Allah selalu meliputi kebaikan dengan penuh kesabaran dan kesyukuran kepada kita untuk bertaqwa pada Allah. Aamiin. Semoga taubat mampu menggerakkan alam untuk mengguyur hujan di tanah Bima kita tercinta ini. Aamiin.

“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (TQS Hud: 52)


Mai ta kataho ruku
Mai ta kataho rawi
Mai ta kataho agama
Di ru’u ndai ta
Di ru’u mena mena ma taho

***

Pedih itu ada karena jahat...
Rahmat itu ada karena iman...
Do’a itu ada karena ingin kebaikan...
Keluh itu ada karena syukur hilang...
Kembali lagi kepada-Nya...
Pulang lagi kepada-Nya...
Saat ini...
Untuk tanah Allah tercinta...
Selamanya...
Untuk Dia pemilik alam raya...


-9-
Dalam kegerahan yang sangat sebelum Diklat....
 Aula SMPN 6 Kota Bima, 21 Oktober 2013


*Tulisan ini terangkai karena cinta yang sangat untuk Bimaku tersayang. Tak ingin ada apa- apa dengannya

:: KARENA KETULUSAN DAN KEIKHLASAN ITU ::

Karena ketulusan dan keikhlasan itu...


Karena ketulusan dan keikhlasan itu tidak akan meminta balasan apalagi meminta lebih...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah memberi bukan menerima...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah harapan bukan mengharap...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah sabar bukan meronta...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah syukur bukan kufur...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah terang bukan gelap...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah do'a bukan cacian...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah kawan bukan lawan...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu adalah hati- hati bukan terburu- buru...
Karena ketulusan dan keikhlasan itu harus dimiliki....
Harus dipersiapkan...
Sekarang...
Selamanya...


-9-
My Lovely Mbojo, 20 Oktober 2013

:: LEMAH TAPI PUNYA BANYAK CITA- CITA ::



Harus begini...
Harus begitu...
Mesti begini...
Mesti begitu...
Jangan begini...
Jangan begitu...

Hampir pecah rasanya otak ini menuruti segalanya...
Ternyata yang terlihat adalah...
Tapak kecil tak berarti yang ingin bermanfaat untuk dunia...
Nggak masalah....
Yang penting mau berjalan terus sampai akhir....
Bila perlu berlari...
Sekencang- kencangnya....
Karena jika berhasil maka tapak kecil itu akan menjadi jejak langkah generasi selanjutnya...


"Takkan ada seribu langkah jika tak pernah ada langkah pertama" 

SEMANGAT!!!!


-9-

My lovely Mbojo, 20 Oktober 2013

Jumat, 18 Oktober 2013

::. AL FATHIHAH, JALAN MENEMUKAN ALLAH .::

Bismillahirrahmanirrahim | Alhamdulillahirabbil'alamiin | Arrrahmaa nirrahim | Maalikiyaumiddiin | Iyya kana' budu wa iyyaka nasta'in | Ihdinashiratal mustakim | Shiratalladzi na an 'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim Waladdhoaliin

******

*Dengan menyebut nama Allah*

Pantas saja kalimat ini ada di awal surat dan dalam keseharian pun selalu ini yang harusnya kita mulai, dengan BASMALAH... Ya, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang berawal tanpa Allah. Jika segala keadaan kita runut dan tarik ke belakang berdasarkan asas sebab- akibat maka semua perawalan akan bertemu di satu titik. ALLAH... Sang Maha tiada Awal dan Tiada Akhir.... awal dari segala kehidupan dan awal dari segala sesuatu. Jika ada awal yang lain dalam urusan kita di dunia ini, maka segeralah kembali pada awal yang sebenarnya. Allah!!!. Dan atas dasar inilah segala niat harus dilakukan karena Allah. Tulus ikhlas karena-Nya. Tak ada yang lain. Ya, inilah dasar awal gerak kita setiap apapun proses hidup di dunia ini.

*Segala puji bagi Allah, Tuhan Sekalian Alam*

Terciptanya segala makhluk di dunia ini tak lepas dari maksud dan tujuan. Tak ada yang sia-sia. Dan segalanya tunduk pada Sang Maha Pencipta. Tak ada satu tempat pun di muka bumi ini yang bukan ciptaan tangan-Nya. Dia memberi keindahan di setiap sisi dunia. Sudah sepantasnya adalah sebuah pujian yang mampu melukiskan betapa syukur dan nikmat atas segala keindahan dunia, baik dalam senang dan dalam sedih. Semua indah pada hakikatnya. Pernah terpikir tidak, mengapa saat diberi nikmat kita harus mengucap HAMDALAH? ya, bahkan otak manusia pun mampu melukiskan TERIMA KASIH dalam norma moral dan kesopanan jika dengan hubungan sesama manusia. Apalagi dalam hubungan dengan Allah... tentu lebih dari terima kasih. Ya, pujian atas segala kebaikan Allah yang telah memberikan segalanya, mencukupi kekurangan- kekurangan kita di alam manapun. Laut, darat, udara dan semua sudut- sudut alam yang tak terjamah manusia. Ciptaan yang sempurna !!!

*Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang*

Itulah Allah, sang Maha Cinta. Tak pernah ingin menjauh dari hamba-Nya, selalu sayang dan penuh kasih kepada ciptaan-Nya. Karena Allah pada dasarnya menginginkan segala kebaikan untuk ciptaan-Nya. Pernahkah Allah ingin keburukan? Tak pernah sahabat, hanya kebodohan kita sebagai manusia yang tak pernah bisa melihat besarnya cinta Allah pada kita. Tapi kenapa ada Ujian yang berat? ada azab yang mengenaskan?... Sahabat, apakah tak kau lihat bahwa di dalam setiap ujian dan azab itu ada Allah? Karena cinta Allah maka Allah mengajakmu berpikir, merasa sakit, putus asa dengan segala keadaan. Dan coba kita ingat, saat putus asa maka tanganmu pasti akan tertengadah menyebutkan "Ya Tuhan...", bahkan sang Fir'aun pun yang lupa karena kesombongan dirinya mengaku sebagai tuhan bahkan harus kembali mengingat Tuhannya di saat kritisnya. Sahabat, disanalah Allah yang sering kita lupakan cinta- Nya!!! bukan Dia tak cinta, justru dengan ujian dan azab kita ingin dipertemukan dengan Allah dalam setiap do'a, usaha, dan tujuan...agar selamat, agar terhindar dari kemarahannya!!! Ya, dialah sang Maha Cinta. Tak pernah putus cinta-Nya walaupun sebanyak dunia dan isinya dosa kita, saat dengan tulus kita mengingat Allah, maka dosa dengan sendirinya akan terhapus. Bukankah itu cinta sahabat? Allah itu tidak tega hamba-Nya masuk ke dalam neraka ciptaan-Nya. Dia ingin mengumpulkan hamba yang dicintai dan mencintai- Nya dalam Jannah, bersama-Nya, dekat dengan-Nya dalam keabadian akhirat sana. Disanalah cinta abadi Sang Maha Cinta. Dan, bukan cinta jika tak ada pengorbanan. Mengapa ujian itu pahit? Karena surga itu manis !!!

*Yang menguasai hari pembalasan*

Ada sebab, pasti ada akibat. Selalu ada balasan atas segala yang dilakukan, ada aksi, ada reaksi, bahkan ilmu manusia pun menganggap seperti itu. Itu hukum alam, selalu ada balasan atas segala sesuatu. Allah pemilik segala kekayaan dunia dan isinya, Yang Maha Tau segala seluk beluk dunia dan isinya. Sudah sepantasnya Dialah pemilik hari "Perayaan" perbuatan ciptaan-Nya. Akan dibalas dengan segenap cinta dan keadilan-Nya.

*Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan*

HANYA, sahabat...HANYA... itu berarti THE ONE AND ONLY... SATU DAN SATU- SATUNYA...Itulah Allah, tempat segala penyembahan atas segala kepapan ciptaan-Nya, tempat memohon pertolongan atas segala kelemahan ciptaan-Nya. Kita ini lemah, kita ini bodoh, mudah jatuh tanpa Allah...Jika awalnya tadi saja adalah Allah, maka sudah barang tentu segala sesuatu-Nya juga karena Allah. Atas segala ada hamdalah untuk Allah, atas segala kelemahan ada permohonan pertolongan kepada Allah. Allah...Allah...Engkau memang pemilik SEGALANYA...Pemilik senang dan susah, pemilik bahagia dan sengsara, pemilik siang dan malam, pemilik ada dan tiada. Semua kekuatan ada pada-Mu... Sumber SEGALANYA. 

*Tunjukilah kami jalan yang lurus*

Sahabat, betapa seringnya kita menuju jalan yang salah...betapa sifat lemah manusia itu adalah fitrah, sehingga Allah menyediakan jalan yang lurus bagi siapa yang memintanya. Jalan menuju Allah. Jalan bagi mereka yang memilih Allah Tuhan-Nya...Jalan terdekat mendekat pada Allah. Mendekat ke Jannah-Nya.

*Yaitu jalan orang- orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Kau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat*

Sahabat, Allah telah menyiapkan orang- orang terdahulu untuk kita contohi, dan kita ikuti jejak langkah pencariannya menuju Allah. Mereka yang telah berhasil mendapat cinta Allah, di jalan Allah. Itulah jalan yang harus kita tempuh jika memang kita ingin dekat dengan cinta Allah di keabadian akhirat nanti. Jangan ikuti jejak langkah mereka yang telah terbukti berhasil berlakunya kemurkaan Allah atas segala kesombongan, tak mau menerima cinta Allah dalam hidupnya.

*****

Sahabat, inilah jalan Allah...
jalan yang awal dan akhirnya adalah Allah...
Jalan yang awal dan akhirnya adalah cinta Allah...
Jalan yang segalanya karena Allah...
Bercita- citalah ke jalan itu...
Berdo'alah agar menempuh jalan itu...
Jalan bersama orang- orang terdahulu dengan Basmalah, Hamdalah dan Cinta pada Allah...
Karena segala perjuangan dan pengorbanan akan dibalas sesuai kadarnya...
Akan dibalas dengan keadilannya....

-9-

::. LUKISAN ALAM .::

Hidup tidak selalunya indah...
Langit tak selalu cerah...
Suram malam tak berbintang...
Itulah lukisan alam...

Jadilah rumput nan lemah lembut...
Tak luruh dipukul ribut...
Jadilah karang di dasar lautan...
Tak terusik dilanda badai...

Dalam suka hitunglah kesyukuranmu...
Dalam senang awasi kealpaanmu...
Setitis derita melanda...
Segunung kurniaannya...

Usah mengharapkan ke segalanya...
Dalam perjuangan penuh pengorbanan...
Usah dendam berpanjangan...
Maafkan kesalahan insan...
Begitu ajaran Tuhan...


(Hijjaz- Lukisan Alam)

-9-


::. KARENA KESEMPURNAAN ITU HARUS DIKEJAR .::

Berharap ada mata yang bisa menjaga mata
ada telinga yang bisa menjaga telinga
ada tangan yang bisa menjaga tangan
ada langkah yang bisa menjaga langkah
ada do'a yang bisa menjaga do'a
ada cita- cita yang bisa menjaga cita- cita
ada semangat yang bisa menjaga semangat
ada pikiran yang bisa menjaga pikiran
dan ada hati yang bisa menjaga hati

tak mudah, tapi bukan tidak mungkin
tak bisa, tapi bukan tidak mampu
tak sanggup, tapi bukan tidak kuat

kaki- kaki selalu ingin melangkah
cita- cita selalu ingin dikejar
harapan selalu ingin diwujudkan
tujuan selalu ingin ditemui

hanya butuh kekuatan hati
hanya butuh kekuatan jiwa
hanya butuh kekuatan usaha
hanya butuh kekuatan untuk berubah
hanya butuh kekuatan untuk kembali merenung
hanya butuh kekuatan untuk menahan sakit
hanya butuh kekuatan untuk selalu berdo'a
hanya butuh kekuatan untuk selalu bersama
hanya butuh kekuatan untuk menyimpan cita disini, dalam ingatan dan azzam
karena kesempurnaan itu harus dikejar dalam lembar cerita Sang Maha Segala

dan hanya satu, Dia hanya ingin ciptaan-Nya bisa menemui- Nya, menemukan-Nya....Sang Maha Tiada Tara

 -9-

::. TERGERAK KARENA APA? .::

Scene 1
Guru      : “ Siapa yang hari ini tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)?
Siswa    : “Si ini bu, si itu bu… (sambil menunjuk teman- temannya)
Guru     : “Yang tidak mengerjakan PR, maju ke depan ! angkat satu kaki dan tangan simpan di telinga sampai pelajaran selesai“

Scene 2
Guru      : “ Siapa yang hari ini tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)?
Siswa    : “Si ini bu, si itu bu… (sambil menunjuk teman- temannya)
Guru      : “Kalian lagi? Sudah berapa kali kalian tidak mengerjakan PR? Kalau tidak mau mengerjakan PR pelajaran ini, tidak usah saja ikut pelajaran Ibu. Sekarang yang tidak kerjakan PR semua keluar kelas !!”

Scene 3

Guru      :“ Siapa yang hari ini tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)?
Siswa    :“Si ini bu, si itu bu… (sambil menunjuk teman- temannya)
Guru      :”Bagi yang tidak mengerjakan PR, maju ke depan. (Mengambil kayu/penggaris panjang)
“Mana tangannya?(sambil dipukul), “Setelah ini, lari keliling lapangan 3 kali”

Scene 4
Guru      : “ Siapa yang hari ini tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)?
Siswa    : “Si ini bu, si itu bu… (sambil menunjuk teman- temannya)
Guru     : “Sini maju ke depan dan berdiri menghadap teman- temannya”. Kemudian sang guru beralih kepada seisi kelas.
“Coba anak- anak, lihat teman- teman kalian yang berdiri di depan, mau seperti itu? Ini calon- calon siswa yang tidak naik kelas. Kalian mau tidak naik kelas? Tidak dapat juara? Kalau mau naik kelas, jangan malas mengerjakan PR ya…”

Episode- episode di atas mungkin sudah sangat sering kita jumpai. Diantara keempat scene di atas bisa jadi sering terjadi di sekolah anak- anak kita, adik- adik kita, di lingkungan sekolah tempat kita mengajar atau bisa jadi kita sendiri pelakon- pelakonnya. Permasalahan yang sering ditemui di setiap sekolah, yaitu SISWA TIDAK MENGERJAKAN PR. Bagi seorang guru, mungkin sudah menjadi santapan sehari- hari menghadapi siswa seperti itu. Dan saya yakin, setiap guru punya cara berbeda menghadapi permasalahan tersebut. Saya yakin setiap guru pasti punya maksud mengapa melakukan “penanganan- penanganan” itu. Salah satu maksud mengapa setiap guru harus memberikan hukuman adalah karena setiap guru ingin siswa yang tidak mengerjakan PR, tidak mengulangi perbuatannya dan berusaha untuk mengubah sikapnya. Tetapi apa betul dengan berbagai macam hukuman atau punreward yang kita berikan (contohnya keempat scene di atas) mampu menggerakkan keinginan seorang siswa untuk mau mengerjakan PR dan mengubah sikap? Dan mari kita mengevaluasi keberhasilan penanganan kita, apakah esok hari dan seterusnya dia akan mengerjakan PR- PRnya? Jawabannya, BISA YA, BISA TIDAK. Kenapa BISA YA? Salah satu alasannya mungkin karena “takut” akan dihukum lagi. Kenapa BISA TIDAK? Salah satu alasannya karena penanganan tidak tepat mengenai sasaran. Masalahnya beda, penanganannya beda. Maksudnya, bisa saja siswa melakukan sesuatu karena takut dihukum, takut rugi atau takut mendapat tekanan sehingga menggerakkan dia melakukan sesuatu. Tapi bisa juga dia tidak bergerak karena suatu alasan tertentu, beberapa diantaranya,  tidak mengerti pelajarannya, banyak PR  dari pelajaran lainnya, motivasi belajar kurang, tidak tau manfaat belajar bagi dirinya apa, tidak punya waktu dan lain- lain.

Semakin masalah itu tidak mengenai sasaran maka mereka akan semakin kebal dan tidak peduli dengan hukuman. Malah yang lebih parah ada siswa ataupun anak- anak kita yang beranggapan “Lebih baik di hukum daripada kerjakan PR. Capek! Kalau dihukum, paling lari keliling lapangan”. Satu hal juga yang membuat mengapa hukuman tidak mampu menggerakkan karena  kebanyakan guru- guru kita bahkan mungkin kita sebagai orang tua sering memberikan hukuman secara fisik, bukan pada jiwanya. Dan menurut saya, jika hukuman itu secara fisik, mereka akan secara otomatis membangun kekebalan fisiknya jika terjadi hukuman itu lagi. Sehingga hukuman pun tidak berpengaruh apa- apa. Jarang mungkin kita memberikan hukuman moril maupun sanksi pada jiwanya. Padahal, dalam hukuman pada jiwanya disana ada perenungan (Jangan pernah meremehkan anak kecil untuk suatu perenungan. Bahkan cara mereka merenung itu lebih jujur daripada orang dewasa. )Tapi disini saya tidak mau berbicara alasan- alasan ataupun penyebab seorang siswa tidak mau mengerjakan PR ataupun mengubah sikapnya. Yang ingin saya bicarakan adalah APAKAH HUKUMAN ATAU HADIAH MAMPU MENGGERAKKAN SESEORANG UNTUK MELAKUKAN ATAU MENINGGALKAN SESUATU SECARA ISTIQOMAH?(maksudnya bukan siswa aja lho ya…tapi lebih umum lagi….:))


Seseorang memang punya motivasi untuk melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya. Ada motivasi dari dalam diri maupun motivasi dari luar. Dari beberapa referensi ditemukan kesimpulan bahwa motivasi dari dalam mempunyai andil yang cukup berpengaruh bagi perubahan diri seseorang. Para orang tua pasti ingin menyekolahkan anak- anaknya dan menyemangatinya agar rajin belajar, tapi apakah sang anak sendiri ingin bersekolah?. Kadang kita sebagai orang yang lebih tua lupa kalau kitalah yang punya keinginan, bukan mereka. Dan hasilnya jangan salahkan anak saat mereka memiliki motivasi belajar yang kurang, lha buat sekolah aja bukan karena keinginannya apalagi belajar disana. Akan beda halnya jika sang anak sendiri yang memiliki motivasi atau keinginan belajar sehingga apapun yang dia inginkan, dia yang memutuskan. Kalaupun motivasi dan keinginannya keliru, orang tuanyalah yang meluruskan. Ya, karena cita- cita itu adalah milik mereka yang menjalankan dan meraihnya dan tugas orang tua saya pikir adalah membuat mereka menemukan dan mempunyai cita- citanya sendiri serta mengawal cita- cita agung mereka. Bukan malah memaksa anak mengikuti apa yang kita inginkan. Karena jika seperti itu, orang tua akan mengambil tindakan “menghukum” si anak saat dia tidak mengikuti keinginan mereka dan memberikan mereka reward saat mereka berhasil dan mau mengikuti keinginan orang tuanya. Contoh, “Kakak, belajar yang rajin ya, pokoknya harus dapat juara. Kalau kakak dapat juara, papa belikan Gadget baru deh…!” (ceritanya, orang tua dan anak ngikut trend perkembangan IT). Dan ini sama halnya seperti guru yang menghukum siswa saat dia tidak mengerjakan PR.  Walaupun memang, setiap guru pasti punya tujuan mulia mengapa mereka memberikan PR dan berharap semua siswa mengerjakannya.

OK, kembali lagi ke permasalahan awal tadi (apa ayo masalahnya?). Sekarang saya tidak membicarakan sekolah, tapi membicarakan kita sebagai manusia. Teringat potongan lirik sebuah lagu yang judul dan penyanyinya saya lupa, tapi liriknya begini, “Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepadanya?” (kaya’nya lagunya Dewa, tapi  lupa judulnya apa). Kalau saya artikan, surga itu laksana hadiah yang selalu kita inginkan saat kita melakukan atau mengupayakan sesuatu dan neraka adalah hukuman saat melakukan sesuatu yang salah dan berani meninggalkan sesuatu yang benar. Memang, boleh- boleh saja menginginkan surga dan jauh dari neraka bahkan kita harus memaksimalkan do’a dan usaha untuk itu. Tapi apakah kita akan tetap tergerak saat tidak ada hadiah atau hukuman itu? Contoh, saat anak kita belajar giat agar mendapat juara 1, apakah dia akan tetap belajar giat saat juara 1 itu tidak dia dapatkan? Atau apakah kita harus berhenti bermaksiat saat ada hukuman datang?(Kalo g’ada hukuman atau azab, berarti maksiat terus dong…). Jika pertanyaannya seperti itu, berarti sebenarnya ada motivasi mendasar atau kekuatan besar yang menggerakkan kita agar secara otomatis tetap istiqomah. Apa itu? Mungkin bisa terjawab dengan potongan ayat di bawah ini,

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada- Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung"
(TQS. At- taubah: 128-129)

“Allah menjanjikan kepada orang- orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat- tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar
(TQS. At- Taubah: 72)

Motivasi apa yang mampu menggerakkan kita secara istiqomah dan tak goyah oleh keadaan? Ya, saya pikir jawabannya adalah KETUNDUKAN dan IMAN. Ketundukan seorang hamba di hadapan Tuhannya “Cukuplah Allah, cukup ridhanya saja”, kalau bahasa gampangnya, “Mau dapat hadiah kek, mau nggak kek, yang penting buat Allah aja”. Karena dengan motivasi itu, hadiah tetap akan diperoleh dan tak perlu menunggu hukuman untuk kembali bergerak. Ada ketundukan disana, ada cinta, keikhlasan dan penerimaan secara tulus dan penuh makna dalam setiap perintah dan larangan. Bukan semata untuk perintah dan larangan itu, tapi untuk keridhoan pembuat perintah dan larangan dan demi keselamatan diri. Pada dasarnya perintah dan larangan itu dibuat untuk dikerjakan sesuai porsinya karena disana tetaplah ada keselamatan. Bukan semata karena ada reward dan hukuman sebagai akibatnya.

Sudah saatnya mengoreksi jenis motivasi yang menggerakkan kita atau orang lain, sudah mendasar atau hanya motivasi sementara yang mudah goyah oleh keadaan. Bagi para guru dan orang tua, sudah sejauh mana kita memotivasi anak- anak kita dengan motivasi yang mendasar, berpengaruh pada jiwanya sehingga menggerakkan mereka melalui perenungan, perubahan dan semangat yang penuh dengan ketundukan, keikhlasan, perjuangan dan cinta pada sumber segala kebaikan. Kita sudah cukup rindu melihat mereka bisa bergerak karena iman di hati dan jiwanya bukan karena iming- iming hadiah dan bayang- bayang hukuman karena mereka bisa menjadi luar biasa dari sekedar itu. Mungkin kita pun merindukan diri kita sendiri untuk bisa bergerak karena iman, bukan pada keinginan mendapat hadiah, kehormatan, kedudukan maupun pujian dari orang lain atau pun ketakutan pada azab da hukuman semata tapi ada yang lebih baik dari itu.

Saatnya kembali memperbaiki diri, niat dan motivasi. Terus semangat untuk terus belajar menggapai kesempurnaan walau harus kita akui itu berat dan butuh waktu lama. Sekali lagi, walau berat dan butuh waktu lama.


Setiap jiwa selalu ingin dipanggil
Menggetarkan dunia dengan iman
Iman karena ketundukkan
Pada sang Maha Pemilik Kesempurnaan


-9-

….dalam tulisan yang masih kurang rapi
….di medan juang
….SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIM
…my Lovely Mbojo

  
*Terinspirasi oleh karya Muhammad Fauzil Adhim (Saat Berharga untuk Anak Kita) dan Munif Chatib (Sekolahnya Manusia dan Gurunya Manusia)

::. PR TERAKHIR DARI SEORANG GURU .::


Ini adalah sebuah kisah nyata yang baru-baru ini terjadi di Jepang. Kematian kadang disertai insting dari orang tersebut. Sehingga orang itu bisa merasakan bahwa sebenarnya waktu yang ia miliki tak banyak lagi.
Itulah yang terjadi pada seorang guru di Jepang. Sebelum ia menghembuskan nafas terakhir, ia masih sempat menuliskan PR untuk para siswanya. Bila biasanya PR itu membuat para murid malas mengerjakannya, ada yang berbeda dengan PR yang satu ini. Tugas rumah yang diberikan oleh guru ini justru membuat para siswanya menangis.

Guru itu menuliskan sebuah PR di papan tulis. Dengan sebuah kapur, ia mulai memberikan tugas terakhirnya pada murid-muridnya. Begini tulisan yang tertera pada papan tulis tersebut.


PR terakhir dari sang guru sebelum meninggal.

PR Terakhir
Tidak ada batas waktu.
Jadilah orang yang bahagia.
Saat kalian mulai mengerjakan tugas ini, mungkin aku sudah ada di surga.
Tidak usah buru-buru mengerjakannya. Kalian bebas menggunakan waktu yang dimiliki.
Tapi suatu hari, tolong kumpulkan padaku dan katakan, "Aku sudah melakukannya. Aku sudah bahagia."

Aku akan menunggu.

Tulisan di papan hitam itu menjadi salah satu PR paling mengharukan di dunia. Bahkan salah satu akun Twitter membagikan foto terakhir dari papan tersebut. Guru yang menuliskan tugas ini baru saja meninggal.
Namun apa yang ia sempat lakukan di nafas-nafas terakhirnya sungguh mengesankan. Ia benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang guru, yaitu memastikan bahwa anak didiknya bukan hanya belajar atas tuntutan akademis. Namun juga untuk menjadi seorang yang bahagia.
Guru memang merupakan salah satu sosok yang berjasa bagi kehidupan seseorang. Masih ingatkah Anda dengan guru yang paling Anda sayangi dan sudahkah kita menjadi sosok yang baik, seperti yang dia ajarkan? Semoga dedikasi guru kita tak menguap dimakan usia, namun benar-benar bisa menjadikan kita sosok yang belajar dan bahagia

by vemale.com

::. UNTUKMU... GARUDA JAYA .::

Entah alasan apa lagi yang membuat saya untuk tidak menulis status tentang bola....Walaupun tidak ikut menonton pertandingan Indonesia vs Korea Selatan semalam dan walaupun tidak tertarik dengan bola, tapi panggilan jiwa tetap berderu untuk ikut larut dalam kesyukuran kemenangan Garuda Jaya...

Timnas U-19....Kalian luar biasa!!!!....team work yang sangat bagus....Ini dia namanya KERJA SAMA TEAM...berjuang maksimal bersama, mengapresiasi usaha kawan, dan menikmati hasil bersama dengan banyak orang atas karya luar biasamu....SUJUD SYUKURMU itu lho, menggetarkan seluruh mata dan jiwa INDONESIA, betapa tundukmu menggambarkan TAK ADA KESOMBONGAN disana, semoga sahabat!!!...

U-19...kau memberi pelajaran berharga untuk segenap rakyat Indonesia yang memandangmu, tamparan keras bagi mereka yang angkuh atas segala prestasi yang diraihnya tanpa kesyukuran pada Sang Maha Pengatur Alam Raya....

maaf sahabat, hanya bisa terenyuh kami disini melihatmu, hanya bisa menangis terharu kami memandangmu dari kejauhan, hanya bisa ikut kehabisan napas dan suara untuk berteriak bangga atas usaha dan prestasimu, maaf untuk tak bisa ikut serta dalam perjuanganmu, tapi kami selalu ada dalam semangatmu, dalam do'amu, mengiringi tiap langkah berlari dan jatuhmu di lapangan sana, lelah nafasmu, lelah kami, tetes keringatmu, do'a kami,....ingat, kami disana, 1 INDONESIA bersamamu....

Dan untukmu Pak Pelatih, terima kasih atas semangatmu menjaga SIKAP Garuda Jaya kita...kaupun jauh luar biasa bersama mereka!!!, jangan goyah atas cercaan apapun pak, cukup tetap teguh untuk mengantar dan menemani Garuda Jaya kita, anak- anak kita, adik- adik kita itu untuk mengenal arti perjuangan, arti team dan kerja sama yang sesungguhnya dalam hidup mereka. Karena ini bukan semata- mata pertandingan...ini pelajaran hidup...mutiara berharga....dan seluruh INDONESIA mampu merasakan semangat itu,pak!!!!

Please..jangan jadi artis setelah keluar lapangan!!! terutama dirimu Evan karena akan banyak orang yang akan nge-fans padamu, menjauhlah dari BANGGA DIRI...tetaplah berkarya....U-19...

dan tak lupa ucapan serta sujud pada-MU, Sang Maha Segala...terima kasih telah mengiringi rintik hujan dalam perjuangan mereka malam tadi....semoga hujan itu adalah tanda keberkahanmu atas perjuangan ini, bantuanmu agar segala do'a INDONESIA terkabul dalam waktu itu.... Hujan-Mu adalah rahmat-Mu...hujan-Mu adalah anugerah waktu terkabulnya tiap do'a dan harapan....

Salam 1 Jiwa...INDONESIA....Barakallah...salam do'a selalu untukmu....SEMANGAT!!!


 -9-

::. DARI GARUDA JAYA UNTUK MALAM IED .::


Kenapa juga mesti nulis ini? padahal sudah lewat. Tapi begitulah kalau pengaruh GARUDA itu sudah kuat. Tak bisa terlupa secepat berlalunya angin. Dan dalam pengaruh itu menyimpan banyak mutiara kehidupan yang entah berapa nilainya kalau diganti dengan materi.

#1 Dari Garuda Muda
melihat permainan bola yang begitu apik dan kekuatan selebrasi yang selalu dilakukan sepertinya perlu kita kupas sedikit mutiara- mutiara berharga itu. Satu diantara mutiara itu adalah momen selebrasi mereka, SUJUD SYUKUR... Pernah tidak berpikir, kenapa mereka bersujud syukur seperti itu setiap kali berhasil melesatkan gol ke gawang lawan? apakah itu hanya untuk mencari sensasi agar terkenal dan beda? atau itu adalah reaksi spontan?

Coba kita berpikir, apa yang ada dalam pikiran para personil Garuda Jaya itu saat mereka bertanding? INGIN MENANG... ya...semua pun ingin seperti itu. LAWAN HARUS DIKALAHKAN !!! sepertinya itu yang berkelebat dalam pikiran mereka saat masuk ke lapangan, saat berdo'a bersama sesaat sebelum bertanding, saat tangan- tangan bertumpuk menjadi satu sambil meneriakkan INDONESIA, INDONESIA BISA...dan kaki mereka mulai melesatkan bola, saling mengoper dari kaki ke kaki, bolak balik, trio gelandang, sayap kiri dan sayap kanan serta bagian depan (G'tau yg depan itu namanya apa, maaf, g'doyan bola soalnya...hehehe) sampai harus merebut bola dari lawan, mempertahankan bola dari kejaran lawan... dan betapa kecewanya mereka saat beberapa kali bola hampir saja berhasil menembus gawang lawan tapi tidak masuk- masuk. Huff... tapi, sepertinya di dalam pikiran mereka tetap ada kata-kata INGIN MENANG, LAWAN HARUS DIKALAHKAN !!!. tapi apakah mereka bermain dengan anarki dengan ambisi? sepertinya tidak. Coba lihat bagaimana tenangnya seorang Evan Dimas menggiring bola, mengoper kepada rekannya sesama gelandang, Hargianto dan Zulfiandi. Betapa tenangnya mereka. Coba kita pikir, apakah ada ambisi di tengah ketenangan mereka?, sebelum menjawab itu mari kita melihat betapa Ilham dan Putu Gede selalu mengejar kesempatan mempertahankan bola untuk Indonesia, walaupun sudah dekat dengan garis luar lapangan. Dan coba kita lihat betapa apiknya mereka bekerja sama saling mengoper untuk mengecoh lawan. Sedikit berbeda memang saya melihat mereka, kalau biasanya saya melihat pertandingan bola, rata- rata pemainnya ingin maju sendiri mencetak gol. Tapi tidak dengan mereka U-19 itu, mereka lebih asik memainkan trik kerjasama dari pada ambisi individu. Sampai akhirnya gol- gol cantik tercipta atas karya kerjasama mereka, dari ketenangan mereka walaupun harus beberapa kali melesat dulu.

Hallow sahabat, apakah itu ambisi? ataukah perjuangan maksimal tanpa henti?. Cita- cita dan tujuan telah digantung rapi di dalam pikiran mereka, do'a telah mereka panjatkan terlebih dahulu dan tawakkal dengan segala hasilnya sambil tak lupa jatuh bangun memperjuangkan itu. Dan apa yang terjadi, ada kekuatan Maha Dahsyat yang menolong mereka. Tak lihatkah kau hujan yang turun itu sahabat? apakah itu kita yang mengatur? tak lihatkah betapa basah dan beceknya lapangan itu? dan tak lihatkah betapa bola yang tersundul tiba- tiba geraknya menjadi lambat karena tertahan genangan air itu? dan lihatlah, bola yang berusaha di bawa oleh kaki lawan untuk di oper ke rekannya, tertahan oleh genangan air sehingga bola kecil itu tak sampai di kaki lawan lainnya, tapi berhasil di sundul dan direbut oleh Garuda Jaya kita sehingga dengan apik mereka saling mengoper kembali untuk kemudian di sundul maju oleh kapten mereka, Evan Dimas.

Sahabat, disanalah Tuhan bersama mereka, betapa do'a, tawakkal dan ikhtiar yang mereka lakukan mampu menggerakkan alam untuk turut membantu perjuangan ikhtiar mereka, betapa hujan dan beceknya lapangan adalah cara-Nya untuk mengoper bola. Betapa hujan pun tersedia untuk kita SATU INDONESIA bisa berdo'a sepuasnya untuk mendukung mereka, karena seperti yang kita tau, saat hujan turun, saat itulah salah satu waktu terkabulnya do'a. Dan kau lihat sahabat? betapa indahnya selebrasi mereka, merinding kita dibuatnya, tertegun kita melihatnya, SUJUD SYUKUR kawan, SUJUD SYUKUR... Bila usaha mereka adalah ambisi, apakah mereka akan melakukan hal itu? hohoho, sepertinya tidak mungkin, bayangkan saja, lapangan becek begitu, perasaan senang luar biasa mungkin hanya bisa membuat kita lupa karena kegirangan. Atau mungkin kita yang menonton bahkan tak sadar harus berjingkrak kegirangan seperti Roy Suryo, Menpora kita sampai tidak sadar dia menangis dan ada juga penonton yang tidak sadar bahwa kakinya keram setelah berjingkrak berteriak GOOOOOLLLLLL..... Sekali lagi, itu bukan ambisi kawan, tapi itu adalah keikhlasan. Betapa refleknya mereka bersujud meletakkan dahinya di lapangan becek itu. Ada yang mereka sadari, tak mungkin bisa mereka memasukkan gol ke gawang lawan tanpa Tuhan. Kondisi spontan itu adalah kondisi dimana mereka tak melihat itu sebagai keberhasilan diri sendiri tapi atas berkah Tuhan. Betapa Tuhan "bergerak" untuk mereka sehingga mereka pun harus "bergerak" untuk Tuhan mereka, dan muncullah selebrasi luar biasa itu, tangan tertengadah, lalu tunduk ke bagian bawah bumi ini... merasa tak ada apa- apanya gol- gol itu tanpa Tuhan yang Maha Tinggi. Ini dia sahabat, KEIKHLASAN BERJUANG SAMPAI AKHIR KARENA KETUNDUKKAN, bukan karena ambisi sesaat!!! 

Ya, bagian itu mengajarkan kita tenang KEKUATAN DO'A, KEKUATAN IKHTIAR DAN KEKUATAN TAWAKKAL. Mereka mengajarkan kita arti TUHAN dalam setiap GAGAL dan BERHASILnya kita. Bahwa cita- cita dan tujuan itu harus diraih bukan karena dunia, tapi karena KEIKHLASAN...

Semangat berjuang sahabat- sahabatku, dimana pun perjuangan, bagaimana pun bentuk dan sifatnya, semoga selalu ada DO'A, IKHTIAR, TAWAKKAL, IKHLAS DAN SYUKUR yang MAKSIMAL...Pantang menyerah sahabat, walau harus sakit saat jatuh, walau harus panjang perjalanan pencapaiannya. Karena setiap pengorbanan selalu ada balasannya walau tak pernah kita minta sedikitpun....

Barakallah untuk malam Idul Adha ini sahabat, semoga kita menjadi hamba Allah yang senantiasa TUNDUK kepada-Nya, meletakkan cita- cita dunia dan akhirat ini hanya untuk-Nya. Aamiin

-9-


Note: Maaf kalo ada istilah bola yang salah, maaf juga kalo ada kondisi yang keliru pada cerita di atas. hehehe....SEMANGAT!!!!

::. TENTANG EKSPRESI DAN UNGKAPAN ITU SELAMA INI... .::


#TENTANG EKSPRESI DAN UNGKAPAN ITU#

Sahabat, pernah mengungkapkan atau mengekspresikan sesuatu? (Pasti pernah lah…masa’ nggak pernah?). Entah itu mengekspresikan atau mengungkapkan rasa suka, benci, marah, cinta, sayang, rasa kagum, kecewa, kegembiraan, kesedihan, permohonan maaf maupun ungkapan terima kasih. Ekspresi dan ungkapan itu pasti muncul secara spontan atau bisa saja karena “dibuat”. Tapi entah itu dibuat atau tidak, pastinya yang merasakan efek dari ekspresi dan ungkapan itu adalah diri dan orang lain. Secara langsung maupun tidak. Ya nggak?

Sahabat, ekspresi dan ungkapan itu bukan hal yang biasa- biasa saja, karena disana pasti ada pengaruh. Besar atau tidaknya pengaruh itu tergantung dari apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana, ekspresi dan ungkapan itu dilontarkan.

APA
Ekspresi dan ungkapan tentang apa?
Apa manfaat dan pengaruhnya saat diekpresikan atau diungkapkan?
Apa yang membuat kita harus mengungkapkan dan mengekpresikan?

SIAPA
Siapa orang yang mengekspresikan dan mengungkapkan?
Siapa orang yang dituju untuk mengekspresikan dan mengungkapkan?
Siapa saja yang terkena pengaruh ekspresi dan ungkapan itu?

MENGAPA, BAGAIMANA, KAPAN DAN DIMANA
Mengapa harus diekspresikan dan diungkapkan?
Bagaimana cara mengekspresikan dan mengungkapkan?
Kapan harus diungkapkan dan diekspresikan?
Dimana tempat mengekspresikan dan mengungkapkan?

Sederet pertanyaan- pertanyaan itu adalah hal yang harus dipertimbangkan sebelum ekspresi dan ungkapan itu terlontar. Karena jika semua itu terjawab, maka ekspresi dan ungkapan itu akan menjadi hal yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang besar. Bukan hanya emnjadi sesuatu yang sia- sia, tak ada manfaat berarti untuk diri dan orang lain. Bukankah orang yang paling baik itu adalah orang yang paling banyak manfaatnya? Ya, karena hidup bukan untuk menjadi orang yang biasa- biasa saja. Harus menjadi luar biasa, di mata siapa? Tentu di mata Tuhan. Lalu, kenapa harus di mata Tuhan? Bukankah kita pun punya hak untuk merasakan sesuatu atas alasan sebagai manusia?. Jangan lupa kawan, Tuhan telah memerintahkan kita semua hidup untuknya.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (TQS Az- Zariyat: 56)

Arti sederhananya, kita tak punya hak untuk hidup di dunia ini kalau apa yang kita lakukan itu bukan untuk Tuhan, bukan dalam rangka ibadah, bukan dalam rangka mencari- Nya, bukan dalam rangka mendekatkan diri pada-Nya. Ya, semua aktivitas, segala tindakan, ucapan yang terlihat atau tidak, besit pikiran maupun hati muaranya harus tertuju pada Sang Maha Segala.  Apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana pun itu. Otomatis ini juga berlaku untuk segala ekspresi dan ungkapan- ungkapan tentang sesuatu. Jika ekspresi dan ungkapan itu tidak mampu membuat diri kita dan orang lain semakin dekat pada-Nya, lebih baik ditunda atau lebih baik tidak diungkapkan saja atau bisa juga dengan mengganti dengan cara yang lain. Karena itu sia- sia. Nggak ada artinya bagi Tuhan.

Sahabat, karena ekspresi dan ungkapan itu harus membuat kita dan orang lain semakin dekat pada-Nya, semakin ingat pada-Nya, semakin taqwa pada-Nya, semakin kuat iman ini pada-Nya, semakin mulia kita dihadapan- Nya maka selalu ada alasan, orang, cara, waktu,  tempat dan keadaan yang PAS bagi ekspresi dan ungkapan itu. Lalu pertanyaannya, alasan, orang, cara, waktu,  tempat dan keadaan seperti apa yang dibilang PAS itu? Jawabannya, ukurlah bagaimana akhirnya HUBUNGAN kita maupun  orang lain terhadapTUHANNYA. Jika semakin Taqwa dan taat kita maupun orang lain pada Tuhan, maka semuanya sudah PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF. Sebaliknya, jika dengan mengekspresikan, mengungkapkan sesuatu itu tidak mendekatkan diri kita dan orang lain untuk semakin TUNDUK pada TUHAN atau malah tidak beranjak dari kemaksiatan menuju pribadi yang jauh dan sangat jauh lebih baik, berarti ada yang salah dan keliru disana, baik itu alasan, orang, cara, waktu, tempat dan keadaan.  Jika seperti itu, ya diperbaiki dong, dicari mana yang PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF, kenapa bisa keliru dan salah. Apakah yang salah itu alasannya, orangnya, caranya, waktunya, tempatnya atau keadaannya, lihat itu semua sesuai kacamata TUHAN, bukan kacamata manusia yang lemah dan tak tau mana kebenaran dan kesalahan jika tak ada TUHAN yang memberikan petunjuk.

Sahabat, sudah saatnya kita merenung, memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi. Sudah PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF kah segala ekspresi dan ungkapan itu? Sekali lagi, ukurannya adalah BAGAIMANA AKHIRNYA HUBUNGAN KITA MAUPUN ORANG LAIN TERHADAP TUHAN.

Sahabat, mari beranjak, muarakan SEGALANYA untuk TUHAN, untuk RABB kita, UNTUK ALLAH  semata, tak ada yang lain. BUKAN karena NAFSUBUKAN untuk KESENANGAN DIRI MAUPUN ORANG LAIN dan BUKAN karena SELAIN-NYA.

Dan akhirnya kita harus menjawab pertanyaan ini, SUDAHKAH SEGALA YANG KITA LAKUKAN ADALAH UNTUK TUHAN? Mari merenung!!!!


…Segalanya  sudah ada yang tepat
…Hanya iman yang dapat menemukan semuanya
…Cahaya suci dari buah ketaqwaan
…Penuntun dalam setiap gelap, kabut, suram dan kelamnya kehidupan


-9-

Teruntuk adik- adik dan sahabat- sahabatku sekalian, semoga tulisan tak berarti ini membuat kita semakin Cinta pada Sang Maha Cinta