#TENTANG EKSPRESI DAN UNGKAPAN ITU#
Sahabat, pernah mengungkapkan atau mengekspresikan sesuatu? (Pasti pernah lah…masa’ nggak pernah?). Entah itu mengekspresikan atau mengungkapkan rasa suka, benci, marah, cinta, sayang, rasa kagum, kecewa, kegembiraan, kesedihan, permohonan maaf maupun ungkapan terima kasih. Ekspresi dan ungkapan itu pasti muncul secara spontan atau bisa saja karena “dibuat”. Tapi entah itu dibuat atau tidak, pastinya yang merasakan efek dari ekspresi dan ungkapan itu adalah diri dan orang lain. Secara langsung maupun tidak. Ya nggak?
Sahabat, ekspresi dan ungkapan itu bukan hal yang biasa- biasa saja, karena disana pasti ada pengaruh. Besar atau tidaknya pengaruh itu tergantung dari apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana, ekspresi dan ungkapan itu dilontarkan.
APA
Ekspresi dan ungkapan tentang apa?
Apa manfaat dan pengaruhnya saat diekpresikan atau diungkapkan?
Apa yang membuat kita harus mengungkapkan dan mengekpresikan?
SIAPA
Siapa orang yang mengekspresikan dan mengungkapkan?
Siapa orang yang dituju untuk mengekspresikan dan mengungkapkan?
Siapa saja yang terkena pengaruh ekspresi dan ungkapan itu?
MENGAPA, BAGAIMANA, KAPAN DAN DIMANA
Mengapa harus diekspresikan dan diungkapkan?
Bagaimana cara mengekspresikan dan mengungkapkan?
Kapan harus diungkapkan dan diekspresikan?
Dimana tempat mengekspresikan dan mengungkapkan?
Sederet pertanyaan- pertanyaan itu adalah hal yang harus dipertimbangkan sebelum ekspresi dan ungkapan itu terlontar. Karena jika semua itu terjawab, maka ekspresi dan ungkapan itu akan menjadi hal yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang besar. Bukan hanya emnjadi sesuatu yang sia- sia, tak ada manfaat berarti untuk diri dan orang lain. Bukankah orang yang paling baik itu adalah orang yang paling banyak manfaatnya? Ya, karena hidup bukan untuk menjadi orang yang biasa- biasa saja. Harus menjadi luar biasa, di mata siapa? Tentu di mata Tuhan. Lalu, kenapa harus di mata Tuhan? Bukankah kita pun punya hak untuk merasakan sesuatu atas alasan sebagai manusia?. Jangan lupa kawan, Tuhan telah memerintahkan kita semua hidup untuknya.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (TQS Az- Zariyat: 56)
Arti sederhananya, kita tak punya hak untuk hidup di dunia ini kalau apa yang kita lakukan itu bukan untuk Tuhan, bukan dalam rangka ibadah, bukan dalam rangka mencari- Nya, bukan dalam rangka mendekatkan diri pada-Nya. Ya, semua aktivitas, segala tindakan, ucapan yang terlihat atau tidak, besit pikiran maupun hati muaranya harus tertuju pada Sang Maha Segala. Apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana pun itu. Otomatis ini juga berlaku untuk segala ekspresi dan ungkapan- ungkapan tentang sesuatu. Jika ekspresi dan ungkapan itu tidak mampu membuat diri kita dan orang lain semakin dekat pada-Nya, lebih baik ditunda atau lebih baik tidak diungkapkan saja atau bisa juga dengan mengganti dengan cara yang lain. Karena itu sia- sia. Nggak ada artinya bagi Tuhan.
Sahabat, karena ekspresi dan ungkapan itu harus membuat kita dan orang lain semakin dekat pada-Nya, semakin ingat pada-Nya, semakin taqwa pada-Nya, semakin kuat iman ini pada-Nya, semakin mulia kita dihadapan- Nya maka selalu ada alasan, orang, cara, waktu, tempat dan keadaan yang PAS bagi ekspresi dan ungkapan itu. Lalu pertanyaannya, alasan, orang, cara, waktu, tempat dan keadaan seperti apa yang dibilang PAS itu? Jawabannya, ukurlah bagaimana akhirnya HUBUNGAN kita maupun orang lain terhadapTUHANNYA. Jika semakin Taqwa dan taat kita maupun orang lain pada Tuhan, maka semuanya sudah PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF. Sebaliknya, jika dengan mengekspresikan, mengungkapkan sesuatu itu tidak mendekatkan diri kita dan orang lain untuk semakin TUNDUK pada TUHAN atau malah tidak beranjak dari kemaksiatan menuju pribadi yang jauh dan sangat jauh lebih baik, berarti ada yang salah dan keliru disana, baik itu alasan, orang, cara, waktu, tempat dan keadaan. Jika seperti itu, ya diperbaiki dong, dicari mana yang PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF, kenapa bisa keliru dan salah. Apakah yang salah itu alasannya, orangnya, caranya, waktunya, tempatnya atau keadaannya, lihat itu semua sesuai kacamata TUHAN, bukan kacamata manusia yang lemah dan tak tau mana kebenaran dan kesalahan jika tak ada TUHAN yang memberikan petunjuk.
Sahabat, sudah saatnya kita merenung, memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi. Sudah PAS, TEPAT, BENAR DAN EFEKTIF kah segala ekspresi dan ungkapan itu? Sekali lagi, ukurannya adalah BAGAIMANA AKHIRNYA HUBUNGAN KITA MAUPUN ORANG LAIN TERHADAP TUHAN.
Sahabat, mari beranjak, muarakan SEGALANYA untuk TUHAN, untuk RABB kita, UNTUK ALLAH semata, tak ada yang lain. BUKAN karena NAFSU, BUKAN untuk KESENANGAN DIRI MAUPUN ORANG LAIN dan BUKAN karena SELAIN-NYA.
Dan akhirnya kita harus menjawab pertanyaan ini, SUDAHKAH SEGALA YANG KITA LAKUKAN ADALAH UNTUK TUHAN? Mari merenung!!!!
…Segalanya sudah ada yang tepat
…Hanya iman yang dapat menemukan semuanya
…Cahaya suci dari buah ketaqwaan
…Penuntun dalam setiap gelap, kabut, suram dan kelamnya kehidupan
-9-
Teruntuk adik- adik dan sahabat- sahabatku sekalian, semoga tulisan tak berarti ini membuat kita semakin Cinta pada Sang Maha Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar