Minggu, 27 Oktober 2013

:: HUJAN TAK DATANG, ADA APA BIMAKU? ::



“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS Ar- Rum: 41)

*** 

Sudah beberapa hari Kota Bima tidak diguyur hujan. Padahal dari info yang diperoleh di berbagai belahan bumi Indonesia, beberapa waktu belakangan ini hujan telah mengguyur wilayahnya masing- masing. Iklim saat ini memang tidak menentu. Kemarau dan hujan datang tidak sesuai jadwalnya lagi.

Memang mungkin ini pengaruh iklim global yang tidak menentu. Maaf, saya tidak ingin mengulas itu secara gamblang. Tapi ada yang terlintas dalam pikiran saat memang mengingat, “Kok di Bima nggak hujan- hujan ya?”. Matahari di Kota Bima saat ini memang sedang berani- beraninya, panas dan tak kunjung teduh. Pernah sesekali mendung dan ada rintis hujan. Tapi rintisan itu hanya berlangsung kurang lebih selama 5 menit. Bayangkan 5 menit sahabat. Waktu yang cukup singkat untuk kita bisa merasakan sejuknya hujan. Kejadian itu terjadi saat Idul Adha kemarin. Dan sampai saat ini mungkin itu adalah “hujan” terakhir yang saya rasakan sejak saat itu. Hampir 1 pekan hujan hanya mampir 5 menit. Padahal membaca berita, kondisi di daerah lain, hujan sudah sedemikian kejar- kejaran untuk unjuk kebolehannya. Memberi kesejukan dalam setiap aktivitas manusia. Seperti waktu itu, saat pertandingan bola antara Indonesia melawan Korea Selatan, yang Indonesia menang 3-2 itu lho…. (Sorry, masih bereforia ne).

Tapi memang kalau dilihat, Jakarta saat itu tepatnya di stadion Gelora Bung Karno yang dipadati sekitar 50.000 supporter menyaksikan perjuangan para Garuda Muda Indonesia, hujan deras hadir tak tanggung- tanggung. Di pulau tetangga juga, Kota Mataram, hujan sudah beberapa kali mengguyur sejuk. Tapi di Kota Bima, panas tak terperi, membuat tak nyaman untuk semua yang terlibat dalam aktivitasnya masing- masing. Sehari- hari keluhan yang terdengar dari mulut ke mulut adalah “De panae…mbana ja…” (Red: Aduh, panas sekali). Membuat beberapa orang, malas kemana- mana, ngapa- ngapain, apalagi keluar rumah siang- siang. Beeeh…NGGAK BANGET sahabat!!! NGGAK BANGET. Astaghfirullah…

Pantas saja banyak teman- teman kita dari luar Bima yang sering menyentil orang Bima dengan pertanyaan ini, “Di Bima mataharinya ada berapa?”. Huff… Pantas saja Bima dan sekitarnya dijuluki “Negeri Matahari Lebih dari Satu”….

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran “ (TQS Al A’raaf: 57)

Ya sahabat, hujan itu rahmat. Betapa hujan membawa kesejukan, bau tanah itu segar setelah keringnya, bunga yang layu mulai tumbuh. Gunung yang semula berwarna coklat berubah menjadi warna hijau yang menyejukkan pandangan mata. Hewan, tumbuhan, dan manusia dapat minum untuk melanjutkan hidupnya. Bahkan hujan adalah momen bagi mereka yang sedang gencar berdo’a memohon suatu kebaikan untuk hidupnya, seperti yang kita tau bahwa waktu hujan adalah saat-saat terkabulnya do’a. Ya, itulah hujan, hujan itu rahmat, bukti kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya di dunia ini.

“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal” (TQS Al Jaasiyah : 5)

Ada apa dengan Bimaku? Ada apa dengan negeri ini? Mengapa hujan yang berupa rahmat itu tak kunjung datang? Ada apa ini?. Pertanyaan- pertanyaan itu akhirnya harus mengingatkan kita pada beberapa kejadian silam, Kasus Pembunuhan seorang guru honor oleh kekasihnya, Perkelahian antar desa (Godo vs Samili), Kalampa vs Cenggu, Lewirato vs Penaraga, Tarian tak senonoh di Hotel Kalaki beach, Amahami, Ule dan Lawata yang ramai dengan kendaraan di pojok- pojok gelap  tanpa pengendaranya saat malam hari, dll. Apa karena Allah dilupakan seperti ini sehingga Dia marah?. Apa karena kemaksiatan ini sehingga hujan tak kunjung terlihat?. Ada sesuatu sahabat, ada sesuatu yang menyebabkan semua seperti ini. Dan lihatlah apa yang kita rasa, kita alami, di Bima kekurangan air bersih, panas menyala membuat aktivitas produktif tak nyaman, gunung- gunung terlihat coklat, debu bertebaran menyebabkan munculnya banyak penyakit baru, hewan kekurangan air, sungai tak mengalir airnya dan lain- lain. Ada yang harus kita renungi sahabat. Ya, karena kemaksiatan maka kita rasakan ini. Bukan karena kejadian alam. Alam tak berhak mengatur hidup manusia. Alam itu bergerak karena kehendak-Nya, alam hanya menjalankan tugas sesuai perintah-Nya. Hak untuk menggerakkan alam ada pada Dia, Rabb semesta alam, lalu apakah yang telah kita lakukan pada Rabb kita?. Sepertinya ini semua TEGURAN, kita ingin diingatkan sahabat, diingatkan atas apa yang kita lakukan selama ini. Apakah maksud Allah itu adalah seperti yang seperti Dia firman dalam ayat-Nya di bawah ini?

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,  dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (TQS Ibrahim: 7)


Nau’dzubillahimindzalik.. Semoga Allah selalu meliputi kebaikan dengan penuh kesabaran dan kesyukuran kepada kita untuk bertaqwa pada Allah. Aamiin. Semoga taubat mampu menggerakkan alam untuk mengguyur hujan di tanah Bima kita tercinta ini. Aamiin.

“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (TQS Hud: 52)


Mai ta kataho ruku
Mai ta kataho rawi
Mai ta kataho agama
Di ru’u ndai ta
Di ru’u mena mena ma taho

***

Pedih itu ada karena jahat...
Rahmat itu ada karena iman...
Do’a itu ada karena ingin kebaikan...
Keluh itu ada karena syukur hilang...
Kembali lagi kepada-Nya...
Pulang lagi kepada-Nya...
Saat ini...
Untuk tanah Allah tercinta...
Selamanya...
Untuk Dia pemilik alam raya...


-9-
Dalam kegerahan yang sangat sebelum Diklat....
 Aula SMPN 6 Kota Bima, 21 Oktober 2013


*Tulisan ini terangkai karena cinta yang sangat untuk Bimaku tersayang. Tak ingin ada apa- apa dengannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar