Sabtu, 02 November 2013

:: GAMBAR ITU BERBICARA ::



“Saya punya siswa di sekolah. Dia itu kalo di suruh mewarnai selalu pake warna gelap, warna hitam. Terus kertas untuk mewarnai itu dia gores keras- keras dengan crayonnya. Memang, dia itu keluarganya sedang broken home” (Seorang Guru TK)

“ Fotomu itu seperti bercerita “ (Seorang Guru TK juga)
***

Beberapa waktu yang lalu saya berdiskusi dengan seorang guru TK. Dia menceritakan tentang siswanya yang broken home. Kondisi itu sampai terlihat di sekolah. Terlihat dari warna yang sering dia pakai untuk pelajaran mewarnai, warna suram. Waktu itu saya belum terlalu ngeh tentang gambar. Tapi pagi tadi, saya berdiskusi dengan seorang sahabat, dia bilang, “Cha, fotomu itu seperti bercerita”. Setelah dipikir, Ya, ternyata ini tentang sebuah foto yang bercerita. Ini tentang sebuah gambar yang “berbicara”.

Sahabat, pernah menggambar atau mewarnai? Punya bakat maupun nggak, sederhana maupun kompleks, saya pikir kita semua pernah menggambar dan mewarnai. Dan ternyata, memang sebuah gambar itu dapat bercerita. Bercerita tentang apa saja. Mulai dari bentuk, warna, garis, model, atau apa saja yang ada dalam sebuah gambar. Dia mampu berbicara tentang siapa yang ada dalam gambar, siapa yang menggambar, bagaimana keadaan si pembuat gambar, apa yang dipikirkan oleh si penggambar. Sesederhana apapun semua seakan berbicara. Bahkan sebuah garis tanda tangan pun berbicara tentang pembuatnya. Atau mungkin juga kita pernah melihat sebuah foto atau lukisan. Mulai dari objek, sudut pengambilan gambar, teknik pengambilan dan pencahayaannya mampu melukiskan siapa yang  mengambil gambar itu. Ya, walaupun mungkin apa yang dibicarakan oleh sebuah gambar, foto atau lukisan itu belum tentu sama dengan kenyataannya. Tapi setidaknya bagi orang yang melihat dan memperhatikan, gambar- gambar itu mampu melukiskan sesuatu. Apapun interpretasinya.

OK, gambar memang bisa berbicara, trus, ada masalah apa dengan itu?.

Tidak ada masalah apa- apa sebenarnya. Tapi saya teringat dengan kata- kata seorang sahabat, “Bacalah konteks, bukan teks”. Maksudnya, bacalah apa yang tersirat dari suatu hal, bukan yang tersurat. Hal ini juga berlaku saat kita melihat sebuah gambar, foto maupun lukisan. Ada hal tersirat yang ada disana. Misal, di Facebook kita punya notifikasi permintaan teman. Mungkin bagi beberapa orang tidak akan begitu saja menerima atau me-konfirm permintaan pertemanan itu. Kadang ada orang yang akan melihat foto profilnya dulu, timelinenya, cover fotonya, atau album- album fotonya. Karena dengan melihat itu kita bisa tahu seperti apa “teman” dunia maya kita. Mungkin dari foto, seorang teman itu terlihat bahwa dia adalah seorang naturalis karena kebanyakan fotonya adalah tentang alam, dan ciptaan Tuhan. Atau mungkin bisa saja dia adalah seorang penjelajah, terlihat dari foto- fotonya yang mengambil site dari tempat- tempat wisata di seluruh dunia. Dan bisa jadi dia adalah seorang dengan profesi- profesi tertentu seperti pengusaha atau pedagang mungkin karena foto- foto yang terlihat foto HP, Laptop, Gadget, pernak- pernik yang dia jual atau banyak hal lainnya yang dibicarakan oleh sebuah gambar atao foto. Ya, seperti itulah foto dapat berbicara. Dengan ini kita bisa tau teman seperti apa yang menambahkan akun kita ke dalam akunnya.

Seperti itu juga sebaliknya jika seorang teman yang meng-add friend kita tapi dari foto profil, cover  foto maupun album fotonya adalah foto- foto maupun gambar- gambar yang tidak selayaknya ada disana (ngertilah maksud saya ya sahabat). Tentu ini akan mengakibatkan persepsi yang berbeda dari orang yang melihat tentang orang yang meng-add kita. Ya, walaupun apa yang terlihat belum tentu sama dengan kenyataannya. Tapi yang membuat sebuah foto menjadi bermasalah adalah orang akan menganggap kita juga sama seperti apa yang terlihat dari gambar atau foto- foto yang kita pajang. Foto yang (maaf) buruk, juga secara tidak sadar akan berbicara tentang keadaan kita. Seperti misalnya anak TK tadi, kondisi dia yang broken home mampu diceritakan oleh gambar yang dia warnai. Warna hitam, goresan crayon yang keras dan lain-lain. Nah, hal ini secara tidak sadar akan berbahaya juga bagi kita. Terutama bagi orang yang baru mengenal kita lewat sebuah gambar atau foto. Bisa- bisa kita dicap sebagi orang yang "Nggak banget". Nah, itulah pentingnya kita berhati- hati memasang foto atau melukis sebuah gambar.

Sahabat, foto atau gambar yang baik juga saya rasa mampu menyampaikan pesan yang sama baiknya dengan siapa yang membuat. Misal sebuah gambar dengan objek seorang ibu sedang membawa barang belanjaan sambil menggendong seorang anak. Mungkin dia sedang bercerita tentang sesuatu pesan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga orang yang akan menangkap pesan yang lain selain itu. Tapi itulah, sekali lagi, ini tentang sebuah gambar, foto maupun lukisan yang mampu berbicara. Menyampaikan sebuah pesan khusus untuk dimengerti maksudnya ataupun hanya sekedar digoreskan tanpa maksud khusus.

Akhirnya, saya teringat saat beberapa tahun yang lalu saya pernah diajarkan oleh seorang teman untuk membuat kaligrafi. Dia berkata seperti ini, “Satu garis lurus yang kita buat itu mewakili keadaan iman kita. Lurus atau bengkoknya garis itu mampu melukiskan iman seorang yang membuatnya”

OK sahabat, itulah tentang gambar, foto dan lukisan. Selalu ada manfaat dan mudharat dalam setiap apapun. Tinggal kita mampu menyikapinya secara bijak atau tidak. Hati- hati pasang foto dan gambar dan begitu pula, upload dan gambarlah sesuatu yang baik bagi diri dan orang lain. SEMANGAT!!!

***

Indahnya gambar terlukis dari warna…
Indahnya gambar terbuat dari sebuah garis….
Dan sebuah garis pasti terbuat dari himpunan titik- titik….
Lihatlah lukisan itu…
Karena kita adalah titik…
Kita…
Titik seperti apakah kita?....





-9- 
*Saat merindukan gambar- gambarmu sista, Haninaturrahmah...*
Primagama Bima menjelang maghrib, 25 Oktober 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar